saya sadar bahwa saya sangat egois.
bahwa ketika ibu dinyatakan meninggal, yang saya tangisi pada awalnya adalah tangisan untuk diri saya sendiri. "saya bagaimana? saya dengan siapa?"
saya lupa. bahwa sebenarnya sampai usia 68 tahun ibu sudah berusaha keras untuk tetap hidup diantara penyakit yang ia bawa setiap hari, ibu sudah berusaha bertahan, dan sekarang ibu saya tidak sakit lagi. lalu apa yang harus saya tangisi?
saya rindu.
saya mau ibu tetap hidup, menitipkan gaji pertama, menemani saya di akad nikah saya dan menggendong anak-anak saya. seperti cucu-cucunya yang lain.
memang sangat tidak adil sekali rasanya. tapi allah sudah mengukur semua, dan hal ini dirasa pantas untuk saya.
saya lahir tanpa pernah merasakan bagaimana cinta kakek nenek, karena dari kedua belah pihak sudah tiada.
lalu ayah meninggalkan saya, dan kemudian ibu.
i'm not ready dor another PAIN!
kini rasanya seperti cinderella.
sudah gak boleh manja-manja lagi.
sudah harus hemat mengatur uang.
sudah harus cepat-cepat bersuami agar tidak menjadi beban untuk kakak dan abang saya hehehe.
saya bersyukur untuk semua doa dan belasungkawa.
untuk teman teman yang rela jauh-jauh datang untuk memeluk saya, untuk meyakinkan bahwa saya tidak sendirian.
untuk Ridho. dan untuk ayah dan ibunya yang juga jauh-jauh datang ke rumah mengelus-ngelus kepala saya...terimakasih sudah mau menerima saya apa adanya :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar